JEMBATAN
Pengertian
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus maka lalu lintas
akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas,perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Klasifikasi Jembatan
Seiring dengan perkembangan teknologi dunia konstruksi, telah banyak
permodelan konstruksi jembatan yang bertujuan untuk menciptakan suatu konstruksi
yang aman, nyaman, ekonomis, dan mudah pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa
permodelan konstruksi jembatan yang umum dipakai
Ditinjau dari berbagai aspek, maka jembatan diklasifikasikan atas :
1. Ditinjau dari material yang digunakan, jembatan bisa dibedakan, yakni :
a. Jembatan Kayu
b. Jembatan Gelagar Baja
c. Jembatan Beton Bertulang
d. Jembatan Komposit
1. Ditinjau dari statika konstruksi, jembatan bisa dibedakan antara lain :
Berdasarkan analisa struktur (statika konstruksi) maka jembatan dapat di bagi
atas dua bagian yaitu :
a. Jembatan statis tertentu
b. Jembatan statis tak tertentu
2. Ditinjau dari fungsi atau kegunaannya, jembatan bisa dibedakan antara lain :
a. Jembatan untuk lalu lintas kereta api (railway bridge)
b. Jembatan untuk lalu lintas biasa atau umum (highway bridge)
c. Jembatan untuk pejalan kaki (foot path)
d. Jembatan berfungsi ganda, misalnya untuk lalu lintas kereta api dan mobil, untuk lalu lintas umum dan air minum, dan sebagainya.
e. Jembatan khusus, misalnya untuk pipa-pipa air minum, pengairan, pipa gas, jembatan militer dan lain-lain.
3. Ditinjau menurut sifat-sifatnya, jembatan bisa dibedakan antara lain :
a. Jembatan sementara atau darurat
b. Jembatan tetap atau permanen
c. Jembatan bergerak, yaitu jembatan yang dapat digerakkan misalnya agar penyeberangan kapal-kapal di sungai tidak terganggu.
4. Ditinjau dari bentuk struktur konstruksi, jembatan bisa dibedakan ,yakni :
a.Jembatan gelagar biasa (Beam bridge)
b.Jembatan portal (Rigid frame bridge)
c.Jembatan rangka( Truss bridge )
d.Jembatan gantung ( Suspension bridge )
f.Jembatan kabel penahan ( Cable stayed bridge )
Selasa, 25 Maret 2014
ARSITEKTUR
PENGERTIAN ARSITEKTUR & SKALA
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Arsitektur
adalah menyangkut suatu masalah penataan suatu kota dimana pada
permulaannya, yakni arsitek tersebut mengerahkan semua ambisinya untuk
mendapatkan suatu jarak panjang yang paling baik dari suatu struktur bangunan
yang dibuatnya, serta dilihat dari segala sudut pandang.(Nursuina Rahma, 2007)
Arsitektur
adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arsitektur tidak akan pernah
lepas dari karya arsitektur itu sendiri. Karya arsitektur berbeda dengan
bangunan gedung. Menurut Nicolaus Pavsner, segala jenis naungan yang memberi
keleluasaan kepada manusia untuk bergerak bebas di dalamnya adalah sebuah
bangunan gedung, sedangkan karya arsitektur adalah bangunan gedung yang dibuat
dengan keterarahan estetik. Sehingga sebuah karya arsitektur sesungguhnya
adalah bangunan gedung yang ditingkatkan kualitasnya. Katerarahan estetik ini
menurut Vitruvius dapat diwujudkan
dengan 3 syarat, yaitu Firmitas,Utilitas, dan Venustas.
Firmitas adalah kekuatan, kekokohan dan daya tahan
sebuah karya arsitektur terhadap gangguan fisik dan teknis dalam konteks waktu.
Artinya, sebuah karya arsitektur itu bukan saja harus tidak mudah roboh akibat
terlalu berat, terlalu ringan, juga tidak mudah roboh ketika terkena tiupan
angin, goncangan gempa dan tidak lekas lapuk dimakan usia.
Utilitas maksudnya kecocokan antara sebuah karya
arsitektur ketika selesai dibangun dan tujuan pemakaiannya. Faktor kecocokan
tersebut bisanya diukur dengan satuan yang disebut “fungsi” dan keberhasilannya
bisa dinyatakan dengan sebutan “fungsional”. Sebuah karya arsitektur dinyatakan
fungsional apabila berfungsi dengan baik.
Venustas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
rasa. Rasa yang dimaksud disini tidak hanya berkaitan dengan keindahannya
bentuk atau nilai estetika semata melainkan juga efek psikologis yang
ditimbulkannya, simbol yang tersirat dalam karya arsitektur tersebut,
kenyamanan, kesejarahan dan seterusnya.(Budi
Sukada,2006).
Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu
mencakup usaha seperti: desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan
kota, dan sebagainya.
Selain definisi di atas, terdapat beberapa
definisi arsitektur berasal dari sumber acuan lainnya, yaitu:
- Berdasarkan
kamus, kata arsitektur (architecture ),
berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang
membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = adalah karya
kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture
sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung
keindahan.
- Berdasarkan
anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia, arsitektur
didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu,
teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan
binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.
- Berdasarkan wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur juga meliputi desain dari keseluruhan lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi, misal: furnitur
Pada skala makro, arsitektur berkaitan dengan
perencanaan tata kota (town planning, hingga perencanaan transportasi,
urban/rural planning ), landscape planning, urban design. Sedangkan dalam skala
mikro dimulai dari perencanaan interior ruangan hingga bangunan termasuk
eksterior maupun taman.
Minggu, 23 Maret 2014
BETON
BETON
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air. Beton bertulang adalah beton yang mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya, (Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971 atau PBI’71).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka material penyusun beton bertulang dibedakan atas: agregat (halus dan kasar, atau campuran), semen, air, dan batang (baja) tulangan. Untuk memperbaiki sifat-sifat dan mutu adukan bahan semen, agregat dan air maka adukan itu dapat ditambahkan dengan bahan pembantu. Sifat-sifat dan karakteristik material-material tersebut dijelaskan berikut ini.
a. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam atau pasir buatan. Pasir alam merupakan pasir hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan. Pasir buatan adalah pasir hasil yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Syarat-syarat agregat halus sebagai material penyusun beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, sebagai berikut:
1) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, serta bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca);
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering. Yang dimaksud lumpur adalah bagian-bagian yang lolos ayakan 0,063 mm.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak, yang dapat mengurangi kekuatan beton sampai 95%.
4) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan syarat-syarat:
- sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat;
- sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat;
- sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
5) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk beton.
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air. Beton bertulang adalah beton yang mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya, (Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971 atau PBI’71).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka material penyusun beton bertulang dibedakan atas: agregat (halus dan kasar, atau campuran), semen, air, dan batang (baja) tulangan. Untuk memperbaiki sifat-sifat dan mutu adukan bahan semen, agregat dan air maka adukan itu dapat ditambahkan dengan bahan pembantu. Sifat-sifat dan karakteristik material-material tersebut dijelaskan berikut ini.
a. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam atau pasir buatan. Pasir alam merupakan pasir hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan. Pasir buatan adalah pasir hasil yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Syarat-syarat agregat halus sebagai material penyusun beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, sebagai berikut:
1) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, serta bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca);
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering. Yang dimaksud lumpur adalah bagian-bagian yang lolos ayakan 0,063 mm.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak, yang dapat mengurangi kekuatan beton sampai 95%.
4) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan syarat-syarat:
- sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat;
- sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat;
- sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
5) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk beton.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam atau berupa batu pecah (split, cipping). Pada umumnya, yang dimaksud agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Syarat-syarat agregat kasar sebagai material penyusun beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, sebagai berikut:
1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, serta bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca);
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung butir-butir yang pipih lebih dari 20% dari berat seluruhnya.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering. Yang dimaksud lumpur adalah bagian-bagian yang lolos ayakan 0,063 mm.
4) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
5) Kekerasan agregat kasar jika diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff pada beban 20 ton tidak terjadi pembubukan sampai fraksi:
- 9,5 – 19 mm lebih dari 24% berat, dan
- 19 – 30 mm lebih dari 22% berat.
Atau jika diperiksa dengan mesin Pengaus Los Angelos, tidak terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
6) Agregat kasar harus terdiri butir-butir yang beraneka ragam besarnya, dengan syarat:
- sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat;
- sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat; dan
- selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan maksimum 60% dan minimum 10% berat.
7) Besar butir agregat terbesar tidak boleh lebih dari:
- seperlima dari jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan;
- sepertiga dari tebal pelat; atau
- tigaperempat dari jarak bersih terkecil di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
c. Semen
Semen berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan agregat dalam pembuatan beton. Sifat utamanya adalah mengikat dengan adanya air dan mengeras secara hidrolik. Hidrolik berarti bahwa semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan yang keras (batuan-semen) dan kedap air.
Menurut Ariestadi Dian, 2008, semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan hidratasi sedangkan hasil yang terbentuk disebut hidrasi-semen. Proses reaksi berlangsung sangat cepat. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh:
- kehalusan semen
- faktor air-semen
- temperatur.
Kehalusan penggilingan semen mempengaruhi kecepatan pengikatan. Kehalusan rata-rata butiran semen sekitar 0,05 mm. Semakin halus butiran, semen semakin tinggi kecepatan bereaksinya, dan semakin cepat pengikatannya. Karena itu kekuatan-awal dari semen yang lebih halus akan lebih tinggi, tetapi kekuatan-akhirnya akan berkurang.
Ketika semen dan air bereaksi, timbul panas yang dinamakan panas-hidratasi. Perkembangan panas ini dapat menyebabkan terjadinya retakan yang terjadi ketika pendinginan. Terutama pada struktur beton mutu tinggi pembentukan panas ini sangat besar.
Aspek lain yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan panas hidratasi adalah faktor air-semen. Semen dapat mengikat dengan adanya air sekitar 40% dari beratnya, dengan kata lain air sebanyak 0,40 kali berat semen telah cukup untuk membentuk seluruh semen berhidrasi. Air yang berlebihan dapat menimbulkan pori-pori halus dalam beton yang disebut pori-pori kapiler, sehingga kekuatan serta masa pakai beton menjadi berkurang.
d. Air
Air diperlukan untuk pembuatan adukan dan perawatan beton. Air yang akan digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merusak beton/baja. Air tawar yang memenuhi syarat air minum, tanpa diragukan boleh digunakan untuk pembuatan adukan dan perawatan beton.
Air untuk pembuatan adukan beton harus diamati terlebih dahulu sebelum digunakan. Air yang tidak jernih (keruh) atau mengandung kotoran tidak boleh dipakai. Di samping itu, air yang mengandung bahan-bahan perusak, seperti: fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau garam-garam, juga tidak boleh dipakai. Penelitian kandungan bahan perusak dalam air dilakukan di laboratorium kimia.
Selanjutnya
KAYU
KAYU
Pengertian
Kayu merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari hasil penebangan pohon, baik di hutan alam, hutan tanaman industri (HTI), maupun tempat-tempat lainnya.Kayu untuk bahan bangunan harus dipilih sedemikian rupa sehingga tidak memiliki cacat-cacat yang dapat membahayakan konstruksi bangunan.
Bagian pohon yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan adalah bagian pangkal dan bagian tengah. Bagian pangkal umumnya tidak memiliki cacat bawaan sehingga cukup baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Bagian tengah kadang-kadang memiliki mata kayu, apabila mata kayunya ≤ 5 cm maka dapat digunakan untuk bahan bangunan.
Kayu hasil penebangan pohon yang masih dalam bentuk asli disebut kayu gelondongan (log). Panjang kayu log umumnya kurang dari 5 (lima) meter. Kayu log kemudian ditanggalkan kulitnya atau sebagian besar kayu gubalnya, ada yang berbetuk dolk, ada pula yang berbentuk papasan.Kayu tersebut selanjutnya diangkut ke pabrik penggergajian. Sebelum dilakukan penggergajian, harus dirancang dimensi kayu gergajian yang akan dihasilkan sesuai dengan keadaan kayu teras. Sebab kayu teras mengalami susut lebih kecil dari kayu gubal. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang baik (bengkok atau terpuntir).
Produksi kayu gergajian (lumber) yang akan dipakai untuk konstruksi umumnya berbentuk batang kayu segi empat panjang (balok) dan lembaran kayu pipih segi empat panjang (papan). Menurut Ariestadi (2008) untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat 3 (tiga) metode penggergajian yang baik berkaitan dengan penyusutan kayu saat pengeringan, yaitu: lurus (plain sawing), perempat bagian(quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Ukuran kayu hasil gergajian yang beredar dalam perdagangan ada banyak macam.Khusus untuk bangunan, ukuran panjang kayu umumnya ± 4,20 meter dan dapat dibuat lebih panjang sesuai kebutuhan/pesanan. Sedangkan ukuran penampang kayu dibuat sesuai dengan penggunaannya pada bangunan, misalnya: lis, jalusi,papan, usuk, kuda-kuda, gelagar, dan sebagainya. Ukuran-ukuran penampang kayu gergajian dalam perdagangan dapat dilihat pada Tabel 1.2. Nama-nama kayu hasil
gergajian berdasarkan ukurannya sebagai berikut:
- 6/12 ; 6/10 ; 8/12 ; 10/10 ; 15/15 →disebut balok
- 2/15 ; 2/20 ; 3/25 ; 3/30 ; 4/40 →disebut papan
- 4/6 ; 5/7 →disebut usuk atau kaso
- 2/3 ; 3/4 →disebut reng
- 1/3 ; 1/4 ; 1/6 →disebut plepet atau lis.
Sifat Fisis Kayu
Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Secara umum sifat-sifat kayu dapat dikenali melalui panca indera. Sifat-sifat fisis kayu sebagai bahan bangunan dapat dibedakan atas: bau, warna, tekstur, pola serat, kesan raba, berat, kekerasan, kekuatan, kadar air, dan penyusutan kayu.
a. Bau Kayu
Bau kayu (Frick dkk, 1999) disebabkan oleh zat organik yang terdapat pada kayu. Setiap jenis kayu memiliki bau khas tersendiri, sehingga dapat dibedakan dengan jenis kayu lainnya, seperti: asam, agatis/damar, cendana, dan sebagainya.
b. Warna Kayu
Warna setiap jenis kayu dipengaruhi oleh: lokasi di dalam batang (lapisan kayu gubal dan kayu teras), umur pohon, kelembaban udara, dan lamanya penyimpanan. Warna kayu ada beberapa macam, diantaranya putih, coklat, merah, kuning, coklat kemerahan, coklat kehitaman, dan lain-lain. Menurut Frick dkk (1999) warna kayu pada daerah tropis biasanya akan luntur perlahan-lahan apabila terkena sinar matahari (ultra violet).
c. Pola Serat Kayu
Pola serat kayu adalah sifat-sifat yang ditentukan oleh arah umum sel-sel kayu. Berdasarkan pola seratnya, kayu dapat dibedakan atas 4 jenis:
- Kayu yang memiliki pola serat terpadu/lurus
- Kayu yang memiliki pola serat berombak
- Kayu yang memiliki pola serat terpilin
- Kayu yang memiliki pola serat diagonal
Menurut Ariestadi (2008), serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
d. Tekstur Kayu
Tekstur kayu adalah ukuran relative sel-sel kayu. Makin besar ukuran sel-sel kayu makin kasar teksturnya, dan sebaliknya makin kecil ukuran sel-sel kayu makin halus teksturnya. Berdasarkan teksturnya, kayu dapat dibedakan atas 3 jenis:
- Kayu yang memiliki tekstur halus, seperti: damar, rasamala, sawo;
- Kayu yang memiliki tekstur sedang, seperti: mahoni;
- Kayu yang memiliki tekstur kasar, seperti: kamper, keruing, kelapa.
e. Kesan Raba Permukaan Kayu
Kesan raba permukaan kayu tergantung pada tekstur kayu, kadar air serta kadar ekstraktif yang dikandung kayu. Kesan raba permukaan kayu misalnya kasar, halus, licin, dingin, berlemak, dan lain-lain.
f. Berat Kayu
Kayu yang memiliki berat lebih besar biasanya lebih kuat dari kayu yang ringan. Berat kayu dikelompokkan berdasarkan berat jenisnya. Berat jenis (BJ) kayu adalah hasil perbandingan berat dan volume kayu pada keadaan kering dengan satuan g/cm3. BJ kayu sebaiknya ditentukan pada keadaan kayu kering tanur dengan kadar air 0%. Namun, apabila tidak terdapat oven (alat pengering) maka BJ kayu dapat ditentukan pada keadaan kayu kering udara dengan kadar air antara 15% – 18%.
selanjutnya
Pengertian
Kayu merupakan bahan bangunan yang diperoleh dari hasil penebangan pohon, baik di hutan alam, hutan tanaman industri (HTI), maupun tempat-tempat lainnya.Kayu untuk bahan bangunan harus dipilih sedemikian rupa sehingga tidak memiliki cacat-cacat yang dapat membahayakan konstruksi bangunan.
Bagian pohon yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan adalah bagian pangkal dan bagian tengah. Bagian pangkal umumnya tidak memiliki cacat bawaan sehingga cukup baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Bagian tengah kadang-kadang memiliki mata kayu, apabila mata kayunya ≤ 5 cm maka dapat digunakan untuk bahan bangunan.
Kayu hasil penebangan pohon yang masih dalam bentuk asli disebut kayu gelondongan (log). Panjang kayu log umumnya kurang dari 5 (lima) meter. Kayu log kemudian ditanggalkan kulitnya atau sebagian besar kayu gubalnya, ada yang berbetuk dolk, ada pula yang berbentuk papasan.Kayu tersebut selanjutnya diangkut ke pabrik penggergajian. Sebelum dilakukan penggergajian, harus dirancang dimensi kayu gergajian yang akan dihasilkan sesuai dengan keadaan kayu teras. Sebab kayu teras mengalami susut lebih kecil dari kayu gubal. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang baik (bengkok atau terpuntir).
Produksi kayu gergajian (lumber) yang akan dipakai untuk konstruksi umumnya berbentuk batang kayu segi empat panjang (balok) dan lembaran kayu pipih segi empat panjang (papan). Menurut Ariestadi (2008) untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat 3 (tiga) metode penggergajian yang baik berkaitan dengan penyusutan kayu saat pengeringan, yaitu: lurus (plain sawing), perempat bagian(quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Ukuran kayu hasil gergajian yang beredar dalam perdagangan ada banyak macam.Khusus untuk bangunan, ukuran panjang kayu umumnya ± 4,20 meter dan dapat dibuat lebih panjang sesuai kebutuhan/pesanan. Sedangkan ukuran penampang kayu dibuat sesuai dengan penggunaannya pada bangunan, misalnya: lis, jalusi,papan, usuk, kuda-kuda, gelagar, dan sebagainya. Ukuran-ukuran penampang kayu gergajian dalam perdagangan dapat dilihat pada Tabel 1.2. Nama-nama kayu hasil
gergajian berdasarkan ukurannya sebagai berikut:
- 6/12 ; 6/10 ; 8/12 ; 10/10 ; 15/15 →disebut balok
- 2/15 ; 2/20 ; 3/25 ; 3/30 ; 4/40 →disebut papan
- 4/6 ; 5/7 →disebut usuk atau kaso
- 2/3 ; 3/4 →disebut reng
- 1/3 ; 1/4 ; 1/6 →disebut plepet atau lis.
Sifat Fisis Kayu
Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Secara umum sifat-sifat kayu dapat dikenali melalui panca indera. Sifat-sifat fisis kayu sebagai bahan bangunan dapat dibedakan atas: bau, warna, tekstur, pola serat, kesan raba, berat, kekerasan, kekuatan, kadar air, dan penyusutan kayu.
a. Bau Kayu
Bau kayu (Frick dkk, 1999) disebabkan oleh zat organik yang terdapat pada kayu. Setiap jenis kayu memiliki bau khas tersendiri, sehingga dapat dibedakan dengan jenis kayu lainnya, seperti: asam, agatis/damar, cendana, dan sebagainya.
b. Warna Kayu
Warna setiap jenis kayu dipengaruhi oleh: lokasi di dalam batang (lapisan kayu gubal dan kayu teras), umur pohon, kelembaban udara, dan lamanya penyimpanan. Warna kayu ada beberapa macam, diantaranya putih, coklat, merah, kuning, coklat kemerahan, coklat kehitaman, dan lain-lain. Menurut Frick dkk (1999) warna kayu pada daerah tropis biasanya akan luntur perlahan-lahan apabila terkena sinar matahari (ultra violet).
c. Pola Serat Kayu
Pola serat kayu adalah sifat-sifat yang ditentukan oleh arah umum sel-sel kayu. Berdasarkan pola seratnya, kayu dapat dibedakan atas 4 jenis:
- Kayu yang memiliki pola serat terpadu/lurus
- Kayu yang memiliki pola serat berombak
- Kayu yang memiliki pola serat terpilin
- Kayu yang memiliki pola serat diagonal
Menurut Ariestadi (2008), serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
d. Tekstur Kayu
Tekstur kayu adalah ukuran relative sel-sel kayu. Makin besar ukuran sel-sel kayu makin kasar teksturnya, dan sebaliknya makin kecil ukuran sel-sel kayu makin halus teksturnya. Berdasarkan teksturnya, kayu dapat dibedakan atas 3 jenis:
- Kayu yang memiliki tekstur halus, seperti: damar, rasamala, sawo;
- Kayu yang memiliki tekstur sedang, seperti: mahoni;
- Kayu yang memiliki tekstur kasar, seperti: kamper, keruing, kelapa.
e. Kesan Raba Permukaan Kayu
Kesan raba permukaan kayu tergantung pada tekstur kayu, kadar air serta kadar ekstraktif yang dikandung kayu. Kesan raba permukaan kayu misalnya kasar, halus, licin, dingin, berlemak, dan lain-lain.
f. Berat Kayu
Kayu yang memiliki berat lebih besar biasanya lebih kuat dari kayu yang ringan. Berat kayu dikelompokkan berdasarkan berat jenisnya. Berat jenis (BJ) kayu adalah hasil perbandingan berat dan volume kayu pada keadaan kering dengan satuan g/cm3. BJ kayu sebaiknya ditentukan pada keadaan kayu kering tanur dengan kadar air 0%. Namun, apabila tidak terdapat oven (alat pengering) maka BJ kayu dapat ditentukan pada keadaan kayu kering udara dengan kadar air antara 15% – 18%.
selanjutnya
Jumat, 21 Maret 2014
AMDAL
AMDAL
- Penjelasan singkat tentang AMDAL
Cukup didefinisikan, AMDAL adalah sebuah proses
sistematis untuk mengidentifikasi, memprediksi dan mengevaluasi dampak
lingkungan dari tindakan yang diusulkan dan proyek. Proses ini diterapkan
sebelum keputusan besar dan komitmen yang dibuat. A luas definisi lingkungan
diadopsi. Setiap kali diperlukan, sosial, budaya dan efek kesehatan dianggap
sebagai bagian integral dari AMDAL. Tertentu perhatian yang diberikan dalam
praktek AMDAL untuk mencegah, mengurangi dan mengimbangi dampak buruk yang
signifikan dari usaha yang diusulkan.
- Tujuan dari AMDAL
- Berwawasan lingkungan dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui identifikasi perangkat tambahan yang sesuai dan mitigasi.
- Mengapa AMDAL penting ?
Peran ini secara resmi diakui dalam Prinsip 17 dari Deklarasi Rio Lingkungan Hidup dan Pembangunan:
'Penilaian dampak lingkungan, sebagai instrumen nasional, harus dilakukan untuk kegiatan yang diusulkan cenderung memiliki signifikan dampak negatif terhadap lingkungan dan tunduk pada keputusan dari otoritas nasional yang kompeten.
Dalam prakteknya, AMDAL diterapkan terutama
untuk mencegah atau meminimalkan efek proposal pengembangan utama, seperti
pembangkit listrik, bendungan dan waduk, kompleks industri, dll Proses ini juga
digunakan sebagai perencanaan alat untuk mempromosikan pembangunan yang
berkelanjutan dengan mengintegrasikan lingkungan pertimbangan ke berbagai
tindakan yang diusulkan. Terutama, strategis penilaian lingkungan (SEA)
kebijakan dan rencana berfokus pada tertinggi tingkat pengambilan keputusan,
ketika account yang lebih baik dapat diambil dari lingkungan dalam pembangunan
mempertimbangkan alternatif dan pilihan. Lebih bentuk terbatas AMDAL dapat
digunakan untuk memastikan proyek-proyek skala yang lebih kecil, seperti
kegiatan pengerukan, mereposisi, dan peningkatan jalan dan perumahan subdivisi,
sesuai dengan standar lingkungan yang sesuai atau situs dan kriteria desain.
Selanjutnya
Selanjutnya
BATU ALAM
BATU ALAM
PENGERTIAN
Batu alam adalah : semua
bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat mineral-mineral yang
telah mengeras akibat proses secara alami seperti, membeku, pelapukan,
mengendap dan adanya proses kimia.
Unsur-unsur yang membentuk batuan yang merupakan lapisan
(kerak) luar bumi:
- Oksigen (O2) : 49,4 %
- Silisium (Si) : 25,4 %
- Aluminium (Al) : 7,5 %
- Besi ( Fe ) : 4,7 %
- Kalsium (Ca) : 3,4 %
- Natrium (Na) : 2,6 %
- Kalium (K) : 2,4 %
- Magnesium (Mg) : 2,0 %
JENIS - JENIS BATU ALAM
Menurut proses kejadiannya :
- Batuan Beku, yaitu batuan alam yang terjadi karena
magma yang berasal dari inti bumi mendapat tekanan dalam keadaan panas sekali
dan keluar dalam bentuk cair ke permukaan bumi.
Karena pengaruh udara dingin, cairan ini membeku menjadi batu. Batuan
ini biasanya berupa batu gunung yang massif dan tebal lapisannya. Contoh batuan
beku adalah : obsidian, perlit, Andesit, basalt, dll.
- Batuan Sedimen (batuan lapisan/endapan), yaitu batuan
karena pengerasan, pengaruh cuaca, terbawa arus sungai kemudian terendapkan
pada dasar sungai, danau atau laut. Contoh batuan sedimen adalah : kapur (batu
gamping), batu bara, batu karang, dll.
- Batuan metamorf ( batuan alihan/batuan ubahan), yaitu
batuan sediment yang terkena pengaruh panas dan tekanan yang cukup beasr
sehingga terjadi perubahan pada bentuk dan komposisi. Contoh batuan metamorf
adalah : batu bara menjadi intan, batu marmer, batu sabak, antrasit, dll.
- Batuan Robohan, yaitu semacam batuan lapisan yang
terdiri dari bermacam mineral kontak. Contoh : pasir, kerikil, batu kali, batu
cadas, batu paras, dll.
Menurut tegangannya :
- Batu lunak ( 4 kg/cm2 – 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah
digali dan dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan
banyak mengandung retakan.
- Batu sedang ( 8 kg/cm2 – 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali
dengan peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan
tangan tetapi mudah dihancurkan dengan palu.
- Batu keras ( 16 kg/cm2 – 50 kg/cm2), yaitu batu alam yang hanya
dapat digali dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak banyak mengandung
retakan.
Batu alam yang digunakan
sebagai bahan bangunan :
a) Batu Gamping (termasuk batuan sedimen)
- Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Selain kalsium karbonat, di alam juga sering dijumpai batu gamping yang mengandung magnesium.
- Batu gamping ada yang bersifat padat, keras dan massif. Ada juga batu gamping yang bersifat porous.
- Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu teknik penambangannya dilakukan dalam bentuk tambang terbuka.
- Batu gamping yang dikalsinasi ( dipanaskan pada suhu 600°C - 900°C) akan menjadi kapur tohor dan kapur padam. Kapur ini digunakan sebagai bahan perekat hidrolis pada adukan/spesi. Batu gamping juga merupakan bahan baku pembuatan semen Portland.
- Terjadi karena proses peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batu gamping
- Berfungsi seperti batu gamping.
- Merupakan hasil metamorfose dari batu gamping.
- Bersifat tahan terhadap cuaca, mudah dikerjakan, tidak tahan asam.
- Digunakan untuk pelapis dinding dan lantai.
- Ditemukan dalam bentuk lembaran pipih, kristal, serabut di daerah batu gamping
- Gipsum hasil penambangan diolah dengan cara dipanaskan sehingga berbentuk tepung gips.
- Digunakan untuk bahan tambah semen portlad, untuk plafond dan partisi.
- Disebut juga sebagai posolan, terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung feldspar dan silika seperti andesit dan granit yang telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah menjadi mineral lempung/kaolin dan senyawa silika amorf.
- Bila dicampur dengan kapur tohor dan air akan mempunyai sifat seperti semen.
- Digunakan sebagai bahan pengikat pada adukan, tras dapat dicetak untuk membuat batako.
Langganan:
Postingan (Atom)